Disuatu malam, disaat langit begitu cerah dan bintang bertaburan di angkasa. Duduk berdampingan seorang kakek dan cucunya. Lalu sang cucu berkata pada kakek “Kek! ceritakan tentang kebenaran”.
“Kebenaran.......”. Si kakek terdiam ....lama .....lalu berkata ‘Yang pasti dia tunggal dan satu adanya”.
“Aku tak mengerti kek, coba berikan aku contoh”.
“Contoh ......oh kamu benar ‘cu. Karena dengan contoh maka makna menjadi jelas sedangkan penjelasan justru akan mengaburkan makna karena tidak semua hal dapat dijelaskan dengan kata. Sedangkan kata adalah sumber penjelasan yang tidak dapat diandalkan.”
“Contohnya kek!!!!!!”
“Oh ya ....begini ...”
“Seandainya kamu tanyakan pada semua orang yang berbeda suku, agama, dan ras tentang cinta lebih menyejukkan dibandingkan dengan benci”.
“Menurut mu apakah mereka akan sepakat mengatakan “ya”?”
Sambil berpikir dan merenung si cucu menjawab
“Kupikir semuanya akan mengatakan “ya”!”.
“Nah .......itulah kebenaran,dimana manusia tidak dapat mengatakan” tidak”!”.
“Cuma begitu kek ......”
“Ya .....Cuma begitu ....dan sesederhana itu”.
Dengan penasaran anak itu berkata lagi
“Lalu apabila mereka masih tidak sependapat apakah itu merupakan “ketidakbenaran”?”.
Kakek termenung lama ......................
Dan berkata ...”mungkin tidak juga”.
“Pada masanya itu adalah kebenaran sementara yang disepakati bersama”
Kakek menarik napas lega seolah terlepas dari beban yang berat
2 komentar:
"cinta lebih menyejukkan dibandingkan dengan benci"
Setuju bu, meskipun cinta bisa berubah jadi benci, dan benci bisa berubah jadi cinta
Kek.. kalau begitu,, adakah rumus yang bisa mempercepat agar manusia bisa melihat kebenaran yang tunggal adanya? tanpa terkecoh dengan kebenaran yg sementara?
Atau mungkinkah biarkan saja karena toh semua akan indah pada saatnya?
Posting Komentar