Minggu, 02 November 2008

SEPENGGAL KISAH


Diakhir minggu puluhan tahun yang lalu,seperti biasa,agenda rutin ku membaca majalah mingguan terkenal.tidak pernah ada yang terlewat ( kecuali iklan mungkin ) dari halaman pertama sampai terakhir kulalap habis,karena sidikit sekali sumber bacaan yang membuatwawasan menjadi sedikit lebih terbuka ( dalam bahasa indonesia dan terjangkau kantung penghasilan ku sebagai seorang guru ).Dari surat pembaca sampai masalah perekonomian bangsa , ludes semua. Selesai itu, lama aku terdiam,sedih, miris dantak tahu apa yang harus aku lakukan atau kemana aku harus berbagi tentang ini, agar paling tidak sekedar bercerita agar sesak didada ini berkurang, dan aku ragu adakah yang peduli, jangan jangan Cuma aku saja yang terlalu sentimentil, tapi mana mungkin hanya aku saja yang tersentuh, aku yakin banyak orang diluar sana yang peduli,hanya saja aku tidak tahu dan tidak mengenalnya.Sebenarnya HANYA karena sebuah surat pembaca yang berasal dari seorang petani PIR ( Perkebunan Inti Rakyat ) yang kebetulan ikut transmigrasi jauh kepelosok pulau Sumatra.tanaman yang dikelolanya adalah karet.

Beliu menulis kisah kehidupannya selama menjadi peserta PIR,merasa jauh labih baik, dengan ukuran,dirinya tidak pernah bersekolah dan otomatis tidak bisa baca tulis, dengan suka cita beliau bertutur,sekarang saya bisa menyekolahkan anak saya sampai SMA, hal yang tidak pernah bisa dilakukan orang tua saya.Begitu bangganya saya sehingga saya yakin bahwa anak cucu saya nanti akan punya kehidupan yang jauh lebih baik dibandingkan saya.

Tapi ........setelah anak saya lulus dari SMA,dia tidak ingin tinggal di dusun terpencil ini,dia mengatakan “ pekerjaan seperti ini hanya cocok untuk orang yang tidak bisa baca dan tulis “ saya setuju sakali, karena sayapun tidak ingin anak saya menjadi seperti saya, dia harus lebih dari saya,kerja “kantoran “ itulah yang ada dikepala saya.

Setelah berembuk, kami sekeluarga setuju,anak saya yang berijasah ,harus pergi dan keluar dari dusun terpencil ini,dan mencari penghidupan yang “LEBIH BAIK “

Disuatu pagi pergilah dia menuju kota propinsi terdekat, dengan berbekal uang seadanya , dia menuju kota Palembang.

Lama tak terdengar beritanya,dan sayapun tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya, karena kami kehilangan kontak sama sekali.

Sampai suatu hari ,ada ketukan dipintu, dan ketika saya buka, ternyata anakku pulang dan kembali kerumah.Tapi apa yang terjadi membuat saya terkejut, penampilannya tidak sesuai bahkan jauh dari yang saya bayangkan selama ini, lusuh, pucat, dan yang lebih mengkhawatirkan , pandangan matanya sama sekali tidak memancarkan gairah hidup.

Akhirnya, dari cerita yang dipaparkannya , saya menjadi tahu,bahwa ijasah SMA yang kami banggakan tidak ada artinya, karena begitu banyak pencari kerja tapi sedikit lowongan yang tersedia.

Dan akhir dari tragedi ini, anak saya tetap didusun kecil ini, tanpa kerja ( kerena pekerjaan saya bukan dan tidak cocok dengan ijasah yang dimilikinya ) mengganggur, dan setiap hari hanya bermain gitar sambil mabuk.Saya bingung apa yang salah ? Saya yang tidak bisa baca tulis, tapi mampu menyekolahkan anak sampai SMA , sementara anak saya,jangankan menyekolahkan anak anaknya,memberi makan dirinya saja dia tidak mampu. APA dan DIMANA letak kesalahannya.

PENDIDIKAN MENCABUT GENERASI DARI AKAR BUDAYANYA ??????????? SIAPA TAHU !!!!!!!!!!!!!!!!

GURU KEHIDUPAN

Ada,kadang sering, kerinduan muncul pada orang orang yang secara tidak langsung mengisi dan mencerahkan isi kepala yang tadinya kosong melompong.Ada Mr Brower almarhum lewat tulisannya, yang tak pernah terlewatkan,pojok kanan atas,sebuah surat kabar terkenal, Karlina Leksono, almarhum De Drost, dan dosen favorit saya, dr yusuf, yang disaat mengajar saya usianya sudah lebih dari 70 tahun ( I love you so much, saya yakin mereka yang sudah tiada atau yang akan tiada pasti masuk surga )

Begitu kagumnya saya dengan dosen yang satu ini,yang menurut saya teramat “sexi “ isi kepalanya,tidak seharipun selama satu semester saya bolos dari jadwal kuliahnya, dan yang pasti duduk paling depan, hampir tidak pernah berkedip (ga mungkin ya ?) menyimak seluruh pembicaraannya.

Tapi jangan pernah berpikir, yang diajarkannya melulu materi perkuliahan ( waktu itu fisiologi manusia ), malah dari sebagian besar waktu kuliah,beliau lebih banyak mengajarkan tentang kehidupan, bagaimana menyikapinya,langkah apa yang harus diambil disaat menghadapi situasi sulit,kecintaan terhadap bangsa ini, dan kejujuran yang tulus dari lubuk hati.

Jujur saja apa yang diberikannya ,jauh lebih bermanfaat, ketimbang isi materi perkuliahan,yang belakangan saya tahu,itu tinggal dibaca dan dipahami sendiri.

Itulah tiga orang dari masa lalu, yang tidak pernah hilang dari ingatan,mungkin karena mereka adalah manusia pertama yang memukau saya ( karena yang lain ga tahu ? pastinya )

Belakangan, saya menyadari, begitu banyak pribadi, yang dari tulisannya saya tahu, mereka adalah manusia diatas rata rata.

Dan sepertinya,dari perjalanan hidup yang sudah dilalui, apa yang sudah diberikan beliau, amat sangat berguna dan bermanfaat tuk melewati kehidupan ini, yang memang terkadang bisa membuat kepala nyut nyutan.

Terima kasih tuk semuanya.

Tidak ada komentar: